Minggu, 02 Mei 2010

Kemunculan Multiple Authorities Sebagai "Ancaman" Postmodern Pada Sistem Keamanan Global dan Entitas Nation-State

Kemunculan Multiple Authorities Sebagai "Ancaman" Postmodern Pada Sistem Keamanan Global dan Entitas Nation-State

Review Artikel: Non Liberal Political Complexes and The New Wars, bab 7 dalam buku "Global Governance and The New Wars" Oleh Mark R. Duffield.

By Me

Apakah globalisasi membuat tatanan struktural keamanan yang ada sekarang berubah menuju sesuatu yang beyond what is modern, atau kembali beberapa langkah hingga menuju sistem keamanan tradisional yang bahkan tidak pernah terpikirkan masyarakat dalam keadaan "tradisional" itu tersebut? Pertanyaan seperti inilah yang menjadi bahan kajian para globalis, terutama para globalis yang banyak berkecimpung pada diskursus mengenai keamanan. Khusunya, yang akan dibahas lebih lanjut pada review ini adalah tulisan Duffiled yang berjudul "Non Liberal Political Complexes and The New Wars". Dalam tulisan ini Duffield banyak sekali mengkritik developmentalisme oleh karena tujuan awal dari developmentalisme yang semula adalah membangun keadaan suatu region agar kondisi semakin konstruktif, pada kenyataanya keadaan tidak seperti apa yang di idealismekan oleh orang-orang liberal dalam developmentalisme-nya. Dengan adanya globalisasi, menurut Duffield, permasalahan pembangunan di suatu negara atau kawasan tertentu merupakan tanggung jawab masyarakat global. Oleh sebab itu, semenjak berakhirnya perang dingin, "Marshal Plan" sudah bukan lagi milik dari negara anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO) saja, tetapi juga menjadi milik masyarakat dunia, termasuk kawasan Eropa Timur yang kini dimanifestasikan dalam suatu terminologi bernama Humanitarian Aid.


Menurut Duffield, Himanitarian Aid atau bantuan kemanusiaan untuk pengembangan-pengembangan pada kawasan-kawasan miskin yang notabene negara-negara yang ada didalamnya dapat dikategorikan sebagai weak states ataupun failed states, semula ditujukan untuk tujuan-tujuan yang sangat idealis. Yaitu pembangunan untuk masyarakat global yang lebih baik, sebagaimana yang diimpikan oleh kaum developmentalis dan liberal peace. Tetapi pada kenyataanya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa apa yang diidealismekan tidak seperti apa yang terjadi pada lapangan. Bantuan-bantuan untuk kemanusiaan yang banyak mengalir pada berbagai bidang seperti finance sebagaimana yang digelontorkan International Monetart Funds (IMF) terhadap Rusia. Duffield memaparkan data bahwa jumlah nominal sebesar 20 Miliar Dollar Amerika Serikat mengalir keluar dari Rusia ke Eropa dan Amerika Serikat, dan bantuan yang diberikan IMF kepada Rusia & Eropa Timur tidak berarti lagi terutama bagi kaum optimis-globalis yang mendambakan Rusia & Eropa Timur akan sepenuhnya"terintegrasi" secara struktural dengan globalisasi melalui IMF. Lantas kemana uang sebanyak itu hilang? Duffield mengatakan bahwa hal tersebut terkait dengan korupnya- atau bahkan lemahnya pemerintah yang sovereign sehingga dana dapat bocor dengan mudah. Apakah hanya itu saja? Tentu saja tidak. Dalam artikelnya, Duffield menyebutkan bahwa globalisasi membuat dunia ini justru terserat pada fenomena yang disebut sebagai neo-medievalisme. Pernyataan Duffield ini didukung oleh Hedley Bull yang mengatakan pada salah satu bab yang terdapat di bukunya bahwasannya sistem keamanan internasional yang kompleks membuat sistem keamanan (atau ketertiban/order) nasional yang secara konvensional ter-sentralisasi, dalam era globalisasi ini justru mengalami de-sentralisasi. Mengapa sistem keamanan atau ketertiban menjadi begitu kompleks bagi Bull? Bull melihat apa yang dilihat oleh Duffield, yaitu struktur atau sistem keamanan nasional yang bertumpukan, ambigu, dan overlapping antara pemerintah (negara) dengan otoritas-otoritas lokal yang banyak didominasi warlords, pemberontak, mafia, gangster, triad, dll. Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara-negara weak atau failed saja, tetapi juga terjadi di negara-negara maju sekalipun. Hal ini bagi Duffield menyebabkan semakin blurry-nya peran nation-states atau negara bangsa sebagai patron dan pemegang kontrak sosial dari warga-negaranya. Tidak sedikit warga negara pada negara tertentu yang membayar pajak pada negara, tetapi juga masih membayar protection money dari otoritas-otoritas lokal yang ada di daerahnya.


Menurut Duffield fenomena ini terjadi akibat dari proses globalisasi itu sendiri. Globalisasi membuka banyak ruang agar demokrasi, liberalisme, dan rasa-kemanusiaan untuk semakin berkembang dalam pikiran masyarakat, demikian juga para optimis global dan kaum developmentalis. Tetapi dalam berbagai sirkumstansi hal ini justru menjadi blunder bagi optimisme dari kaum optimis itu sendiri. Dengan semakin tertanamnya demokrasi dan liberalisme, maka negara-negara yang dulunya otoritarian dituntut untuk mengurangi "represinya" demi kelancaran demokrasi. Kesempatan seperti inilah yang banyak digunakan oleh sentral-sentral power tertentu untuk bangkit dan going rogue secara massal. Bukan saja bekerja secara lokal pada region tersendiri, tetapi seiring bertambah kuatnya poros-poros kekuatan non-negara ini membuat peran negara sebagai penjaga law & order semakin pudar. Hal inilah yang dimaksudkan Duffield dan Bull sebagai neo-medievalisme, dimana sistem keamanan internasional secara global sedang memasuki dark-age yang baru. Bukan saja bertambah kuat dan membuat peran negara semakin kabur, poros-poros kekuatan non-negara ini juga membangun aliansi dengan poros-poros kekuatan di negara lain secara transnasional. Contoh dapat dilihat pada organisasi-organisasi terorisme dan kriminal seperti Al-Qaeda, Jamaah Islamiyah, Golden Crescent, Golden Triangle, Sindikat Mafia, Sindikat Triad, dll. Sehingga peran negara sebagai kontraktor sosial yang menyediakan perlindungan bagi warga negaranya menjadi tidak lagi relevan. Perlindungan-perlindungan cenderung bersifat privat, dan disediakan oleh aktor-aktor yang secara legalitas tidak memiliki legitimasi layaknya sebuah negara.


"Peperangan" sudah memasuki tahap yang baru. Bukan lagi negara dengan negara yang sebagaimana menjadi tren tersendiri sebelum fenomena ini muncul. Mungkin fenomena ini akan menjadi pukulan yang terparah bagi kaum realis. Satu hal yang harus ditekankan disini adalah sistem keamanan global adalah suatu sistem yang sangat kompleks. Kajian ontologis yang hanya berkecimpung pada tataran negara tidak dapat menjelaskan fenomena ini dan juga memberikan solusi terhadapnya. "Peperangan" sekarang lebih terfokus pada tataran postmoderen, dimana ancaman tidak hanya datang dari negara lain (justru hal ini berkurang) tetapi lebih banyak datang dari organisasi-organisasi yang berperan sebagai poros-poros kekuatan yang mengancam entitas dari negara itu sendiri. inilah perang baru atau the new war.

Referensi:
Bull, Hedley. (1977). The Anarchical Society: Study of Order in World Politics. Columbia University Press.
Duffield, Mark R. (2001). Global Governance and The New War: The Merging of Developement & Security. "Non Liberal Political Complex & The New Wars". Zed Books

Tidak ada komentar:

Posting Komentar